Rabu, 11 November 2009

Demokrasi

Sobat, harus kita sadari, terkadang kita menilai dan meng-interpretasikan sesuatu menurut kemauan dan kepentingan kita. Kita lalai untuk mendapatkan pertimbangan dari orang lain yang lebih tahu ataupun mencari referensi-referensi yang berkaitan dengan itu. Bila interpretasi itu sudah sesuai dengan kehendak kita, dengan kemauan kita dan secara langsung ataupun tidak langsung menguntungkan buat kita dan golongan kita, maka hal lain akan kita anggap sebagai MASA BODOH.
Pun bila suatu keputusan dibuat, kita selalu berupaya agar keputusan itu menguntungkan buat kita maupun golongan kita. Hal yang wajar dan manusiawi sebenarnya. Yang tidak wajar adalah, bila keputusan itu menyangkut kebaikan dan hajat hidup orang banyak, akankah kita bersikeras untuk memaksakan kepentingan kita ? Rasanya perlu kedewasaan bersikap dan sifat legowo dari kita. Mengalah untuk kepentingan yang lebih besar, jauh lebih penting diatas sikap egoisme pribadi dan golongan apalagi yang sifatnya sesaat.
Bila suatu keputusan sudah dibuat atas kesepakatan banyak orang baik itu melalui musyawarah, voting atau apapun istilah lainnya. Yang terjadi seharusnya adalah kita wajib melaksanakan putusan itu terlepas kita tadinya berseberangan dengan keputusan yang dibuat. Putusan telah diambil, dan tentunya itu untuk kepentingan bersama yang jauh lebih besar. Tidak ada lagi kata penolakan setelah putusan diambil, semuanya harus dilakukan untuk kepentingan bersama. Suatu kepentingan yang lebih besar dan nantinya juga akan kita jalankan dan nikmati bersama.
Demokrasi adalah memberikan nilai-nilai lebih atas putusan bersama, dan menjalankan putusan itu tanpa men-dumel di belakang layar. Bila ini telah kita lakukan, maka kita telah menjadi manusia dewasa dan insan demokrasi yang sesungguhnya. Sikap masa bodoh ataupun menentang keputusan yang telah diambil bukanlah cerminan seseorang yang menganggap dirinya seorang INSAN DEMOKRASI. Istilah demokrasi adalah dari, bagi dan untuk KITA, bukan SAYA ataupun GOLONGAN.
Dalam demokrasi, sebelum satu keputusan diambil. Mekanisme untuk itu telah dijalankan, mulai barangkali dengan musyawarah bersama, musyawarah perwakilan ataupun melalui pemungutan suara terbanyak. Yang pasti, apapun keputusan yang diambil telah melalui suatu proses entah debat, adu argumentasi atau apapun itu. Keputusan yang diambil telah disaring melalui mekanisme yang ada dalam demokrasi itu sendiri. Jadi baik buruk suatu keputusan, tentunya telah melalui tahapan-tahapan pertimbangan terbaik untuk semuanya.
Sobat, hidup dalam alam demokrasi tidaklah sama dengan kita menggilai seorang wanita. Harus didapat, harus direngkuh dengan segala apapun risikonya. Segala hal tentangnya adalah pandangan subjectif kita. Semua tentang dia adalah yang terbaik. Demokrasi adalah kedewasaan bersikap bukan hanya tentang saya, tapi tentang kita. Menyangkut segala aspek. Bila kita hidup dalam alam demokrasi tapi bersikap seperti menggilai seorang wanita dan bersikap MASA BODOH, maka kita akan masuk dalam katagori kata Bang Haji Rhoma Irama … Terlalu !.
So, sobat … Istilah demokrasi sebenarnya telah dikenal sejak abad ke-5 SM di Yunani Kuno. Negara itu disamping merupakan negaranya para dewa juga merupakan contoh awal yang berhubungan dengan hukum dan demokrasi modern. Hal-hal yang telah dipraktekkan di sana telah berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan mengilhami banyak negara-negara di dunia.
Kata demokrasi berasal dari dua kata, “demos” yang berarti “rakyat” dan “kratos” yang berarti “pemerintahan”. Penggabungan dua kata diatas berarti PEMERINTAHAN RAKYAT atau sebagaimana dikatakan diatas makna secara keseluruhannya adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi suatu negara saat ini menjadi suatu kunci dan indikator perkembangan politik suatu negara. Negara-negara yang tidak menerapkan kata kunci “demokrasi” dalam pemerintahannya akan dicerca oleh penduduk dunia dan diasingkan dalam pergaulan antar warga dunia. Sebaliknya negara yang telah menerapkan “demokrasi” walaupun hanya akal-akalan (hiks!) akan lebih diterima dan mendapatkan apreasiasi lebih.
Di negara tercinta kita sendiri, sejak awal kemerdekaan para pendiri negara telah memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Dalam mekanisme pemerintahan yang berlaku Presiden yang saat ini dipilih langsung oleh rakyat bertanggung jawab kepada MPR, sebuah badan yang juga dipilih langsung oleh rakyat. Sedangkan dalam keseharian pemerintahan ada kontrol yang dilakukan oleh DPR yang anggota-anggotanya juga dipilih oleh rakyat. Om Jon belum terlalu mengerti akan peran DPD yang baru dalam dua pemilu ini ada dan juga dipilih langsung. Namun badan ini juga dipilih langsung oleh rakyat dan merupakan perwakilan daerah sehingga perannya kurang lebih akan sama dengan para anggota DPR yang ada di pusat, walaupun dengan kewenangan yang berbeda.
Tentunya demokrasi yang berlaku sekarang sangat berbeda dengan Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto. Peran partai politik sekarang sangat transparan dan dukung-mendukung antar calon sangat kentara walaupun hanya sesaat, pada saat pemilu legislative dan pemilu presiden yang baru saja kita lewati.
Terpilihnya SBY sang Incumbent sebagai Presiden periode tahun 2009-2014, juga merupakan fenomena tersendiri. Saat ini ia merupakan suatu magnet yang kuat dan mendorong kekuatan-kekuatan sekitar untuk mendekat. Berdasarkan fakta terkini yang terjadi dalam lingkup internal PDIP dan Golkar, dan dengan asumsi hanya Hanura dan Gerindra yang berperan diluar pemerintahan walaupun terlalu dini untuk dikatakan sebagai oposisi, dia hampir menggenggam kekuasan mutlak baik di pemerintahan maupun di legislative. Mudah-mudahan ini merupakan sinyal bagus bagi Indonesia ke depan dan bukan merupakan hal sebaliknya.
Keterbukaan informasi seleksi para menteri juga memberikan harapan banyak pihak untuk mendapatkan telepon dari cikeas. Berita-berita yang dirilis di media massa membesarkan harapan itu. Dalam minggu-minggu ini Bapak SBY dan timnya telah mewawancarai banyak orang yang diindikasikan akan mengisi formasi kabinet mendatang. Fenomena yang membuat penjualan baterai cadangan HP meningkat pesat. Fenomena yang juga membuat pemilik HP enggan dihubungi oleh sembarang orang. Pokoknya jangan sampai peluang untuk mengisi formasi hilang hanya karena HP tidak aktif atau tidak bisa dihubungi. Fenomena yang membuat Om Jon dimarahin oleh Mas Boi … “Jon, jangan kelamaan nelponnya, gue lagi nunggu telpon dari cikeas nih”.
Status di jejaring pertemanan facebook juga menampakkan kondisi yang serupa. “….. menunggu telpon dari cikeas”, “….. maaf, sementara tidak terima telpon tidak penting”, “… selain SBY dan Team Seleksi dilarang telpon”, dan banyak status serupa menggambarkan euphoria serupa. Ya, gak apa-apalah namanya juga pengharapan. Om Jon sih gak muluk-muluk, tunggu telpon yang lain aja deh, sambil belajar demokrasi lagi … hehehehe.
Luwuk, 19 Oktober 2009

Tidak ada komentar: